Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Namaku Nisa. Kini aku telah duduk di bangku SMA. Meninggalkan kenangan yang telah lalu. Kenangan yang mungkin menyakitkan, karena cintaku bertepuk sebelah tangan. Cinta pada orang yang tak pernah mengerti jalan pikiranku, Teuku Ryzki namanya,panggil saja ia Kiki. Mungkin memang salahku, karena aku beranggapan dia membalas cinta itu. Ternyata tidak, aku hanya dapat harapan-harapan kosong seperti kopi tanpa gula.
Tak ku sangka diriku begitu mudah mencintainya. Mencintai orang yang tak pernah mempedulikan aku. Tanpa letih aku berjuang, tapi tak seperti perjuanganku yang ku terima. Sia-sia sudah ini semua. Karena Kiki aku jatuh. Karena ia pula aku terpuruk. Sakit begitu rasa yang telah membekaskan luka ini. Hidup seperti tak berguna lagi bagiku. Tetesan air mata mengalir di pipiku. Membasahi wajah suram tersapukan desir angin. Aku sadar bahwa hidupku bukan untuk dia dan hidup dia bukan untukku. Aku Fikir masih ada sejuta jiwa yang dapat mencintaiku dengan tulus.
Hari-hari aku menjalani ini, memang sulit untuk melupakannya. Dia begitu berarti bagiku. Padahal belum tentu ia memikirkan perasaanku. Tapi, aku yakin bahwa aku bisa mendapatkan penggantinya. Yang pasti orang yang lebih bisa mengerti aku,yang lebih baik dari pada dia.
Hari pertama di SMA membuatku bimbang. Bimbang akan keyakinanku dapat melupakannya. Tapi ada satu hal yang membuatku teguh. Yaitu Aldi, dia sahabat baikku. Yang selalu menemaniku saat senang maupun sedih. Setiap hari dia membangun semangatku agar tetap berjuang. Agar aku tak terpuruk dalam kehampaan hati ini.
Hari itu juga aku berkenalan dengan seorang wanita cantik yang bernama Steffi. Pelaksanaan ospek yang sangat menantang ini membuatku takut. Ada bermacam-macam perintah disuruh bawa benda yang tidak jelas namanya. Ada banyak teman seangkatanku yang dihukum karena tdk memenuhi perintah panitia ospek. Ada yang disuruh mencium tanah basah ada juga yang disuruh nari gangnam style. Memang seru, tapi bagiku tak pernah seru tanpa Kiki. “mbb.. sudahlah lupakan saja Kiki. Lupakan! Lupakan! Lupakan!” gumamku di depan cermin toilet sekolah. Akhirnya ospek selesai, dan bebas dari benda-benda aneh yang harus dibawa maupun bebas ari panitia ospek yang rata rata sudah tidak punya rasa ke peri kemanusiaan.
Awal-awal pembelajaran, rutinitas sekolah hanya perkenalan diri. Karena kelas laki-laki dengan wanita dipisah, Aldi tak sekelas denganku. galau sih, soalnya gak ada temen curhat. Tapi aku juga mendapat teman di kelasku namanya Nita dan ada Steffi pula. Mereka cukup baik, dan ramah. Aku menceritakan semua tentang Kiki dan Aldi, dan menunjukan Aldi pada mereka.
Ternyata, Steffi langsung naksir dengan Aldi. Karena itu aku bermaksud mau nyomblangin mereka. Setelah beberapa minggu mereka pdkt,Aldi bilang ke aku, bahwa dia juga naksir dengan Steffi. Dan akhirnya mereka jadian. Tapi yang terjadi malah tak ada lagi yang kasih semangat buat aku untuk bangkit. Mungkin Aldi sudah melupakan aku. untuk kedua kalinya aku harus jatuh. Jatuh karena dua orang yang penting bagiku sudah pergi meninggalkanku.
Tak peduli apa yang telah terjadi, tiba-tiba aku menjauhi Steffi. Tak tau kenapa, aku marah padanya. Berhari-hari aku tak bersama Steffi lagi. Sampai akhirnya aku mengerti, tak perlu marah karena alasan tak jelas. Dan meminta maaf pada Steffi karena sudah menjauhinya.
Ternyata Steffi dan Aldi sudah putus beberapa hari yang lalu. Terkejut pula, ketika mendengar berita itu. Tak tau kenapa mereka putus. Mungkin karena Steffi sudah punya pacar lagi. Tak mengapa kalau mereka putus, tapi aku kasihan dengan Aldi. “Bagaimana perasaannya sekarang?” gumamku penuh ke khawatiran. Aku menghubunginya berulang kali tapi tak pernah ada jawaban.
Walau bagaimanapun dia sahabat baikku. Kini waktunya aku yang menjadi tempat curhat untuk dia. Beberapa hari Aldi mematikan ponselnya. “Mungkin setelah perasaannya reda dia akan menyalakan ponselnya lagi.” Pikirku. Ternyata memang benar, setelah tiga hari ponselnya gak aktif, dia menghubungiku. Dia curhat denganku tentang Steffi. Tak ku sangka, baru kali ini aku melihat Aldi bersedih hingga begini.
Sekarang Aldi telah berubah, tak seceria dulu lagi. Dia terlanjur suka dengan Steffi. Sedangkan Steffi hanya naksir dan kagum saja dengan Aldi. Waktu itu, Aldi mulai menjauhiku. Karena Steffi atau bagaimana aku tak tau pasti. Yang jelas, dia menjauhiku. Dia satu-satunya orang yang sangat mempedulikan aku. tapi kini Ia sudah pergi.
Hari-hariku semakin hampa tanpa Aldi. Aku tak mengerti apa yang aku rasakan. Kehilangan Aldi lebih menyakitkan daripada kehilangan Kiki. “Aldi, aku mohon jadilah dirimu yang dulu. Aku butuh kamu Ald.” Batinku.
Aku sadar akan ini semua. Ada yang berbeda dari perasaanku. “Apa yang aku pikirkan, Nisa, Nisa, jangan, kamu gak boleh jatuh cinta sama Aldi. Dia itu sahabat kamu sendiri. Dan dia itu sukanya sama Steffi, gak sama kamu. Sadar Nisa, sadar!” ucapku pelan memukulkan tangan ke bantal.
Aku sadar akan ini semua. Ada yang berbeda dari perasaanku. “Apa yang aku pikirkan, Nisa, Nisa, jangan, kamu gak boleh jatuh cinta sama Aldi. Dia itu sahabat kamu sendiri. Dan dia itu sukanya sama Steffi, gak sama kamu. Sadar Nisa, sadar!” ucapku pelan memukulkan tangan ke bantal.
Semakin lama Aldi menjauhiku. Ada apa dengannya, Dia tak seperti biasa. Aku ingin Aldi yang dulu. Tapi semua sudah terlambat. Andai saja aku tak pernah buat Aldi dekat dengan Steffi. Pasti Aldi akan tetap di sampingku. Tetap menjadi sahabat baikku. Dan sekarang, sudah tak ada kemungkinan lagi Aldi peduli denganku. Apa lagi, suka sama aku. tak mungkin, sudah Terlambat.
Meletihkan menyimpan perasaan ini sendirian. Perasaan yang begitu menyakitkan. Membuat jiwaku mati. Walau mungkin, tapi begitu kecil kemungkinannya. Aku menyimpannya, menyimpan perasaan ini hingga awal semester 2 kelas XI. Berhari-hari aku hanya bisa memohon kepada-Nya. Memohon agar Aldi seperti dahulu lagi. Berulang kali aku ingin mengatakan ini padanya. Tapi aku masih ragu akan reaksinya, jika ia mengetahui sebenarnya. Dan sifat Steffi yang selalu aneh ketika aku dekat dengan Aldi.
Karena itu aku mengurungkan keinginanku untuk mengatakan yang sebenarnya. Tapi suatu hari nanti akan ku pastikan dia tau semua tentang perasaanku. Entah kapan itu terucap aku tak tau.
Selama hampir dua tahun aku menahannya. Menahan akan amarah yang mendorongku untuk mengungkapkannya. Walau aku masih dekat dengan Aldi tapi kini ia selalu bercerita tentang Steffi. “Sakit” ya memang sangat “sakit” bahkan, tapi apa boleh buat. Aku tak bisa berbuat apa-apa.
Dia pernah mengatakan padaku bahwa ia akan selalu menunggu Steffi walau Steffi mempunyai incaran lain. Jleebbb, menancap begitu dalam di hatiku. Waktu itu tepat pada ulang tahun Kiki. Aldi hanya mengejekku karena aku tak bertemu dengan Kiki saat hari ulang tahunnya. Padahal aku tak pernah berharap untuk itu. Bahkan sebaliknya.
“Aldi, aku sukanya sama kamu. Bukan sama dia. Tapi mengapa? Mengapa kamu gak pernah merasakan ini? Aku mencintaimu Aldi” batinku menangis membaca sms Aldi. Hanya itu yang aku rasakan ketika dekat dengan Aldi.
“Aldi, aku sukanya sama kamu. Bukan sama dia. Tapi mengapa? Mengapa kamu gak pernah merasakan ini? Aku mencintaimu Aldi” batinku menangis membaca sms Aldi. Hanya itu yang aku rasakan ketika dekat dengan Aldi.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Kini sudah bulan Maret, saatnya memperpadat waktu belajar. Pertengahan Bulan Maret ini, tepatnya tanggal 12 Maret 2013. Aku meminta kepada Aldi untuk tak menghubungiku lagi, karena sekarang Steffi suka lagi dengannya. Alasanku singkat, yaitu aku tak mau merobohkan silaturahmi ku dengan Steffi. Tapi Aldi tak mau melakukannya. Tiba-tiba Aldi menanyakan perasaanku kepadanya. Jelas sekali aku langsung terkejut. Tapi aku bingung akan mengatakan apa. Aku bimbang antara teman atau orang yang aku cintai.
Aldi terus saja menanyakan itu. Dan akhirnya aku mengatakan semuanya, semua yang aku rasakan. “Iya, aku suka sama kamu. PUAS??!” smsku yang aku kirimkan padanya. Dia membalas sms itu dengan bahasa lembutnya yang sering ia gunakan dulu. “Nisa, apakah kamu gak pernah merasakan semua ini. Semua yang aku lakukan itu hanya untuk membuatmu tersenyum. Aku jadian dengan Steffi pun karena aku kira jika kamu bahagia. Andai saja kamu mengatakannya dari awal. Aku tak akan membuatmu bersedih seperti ini. Aku sayang kamu Nisa, jauh sebelum kamu bersama Kiki” pesan manisnya.
Ternyata dugaanku selama ini salah. Aku kira Aldi masih suka dengan Steffi. Tapi itu meleset, dan ternyata Aldi menyukaiku. Air mataku pun menetes perlahan membasahi pipiku. Steffi ternyata sudah punya pacar yaitu Iqbaal. Akhirnya aku dan Aldi membuka lembaran baru di dalam hidupku.
Ternyata dugaanku selama ini salah. Aku kira Aldi masih suka dengan Steffi. Tapi itu meleset, dan ternyata Aldi menyukaiku. Air mataku pun menetes perlahan membasahi pipiku. Steffi ternyata sudah punya pacar yaitu Iqbaal. Akhirnya aku dan Aldi membuka lembaran baru di dalam hidupku.
Karya : Qonita Sri P (Ninit)
Sorry guys kalau bahasanya ga jelas gitu :D
No comments:
Post a Comment